Sabtu, 16 April 2011

Hans Christian Andersen


Untuk menggenapkan karyanya, Andersen melahirkan karya-karya novel baru pada 1836 dan 1837. Disamping puluhan cerita dongeng yang terbit dalam kurun waktu tersebut, novel kedua, O.T danOnly A Fiddler. Ia juga berpolemik dengan filusuf Denmark terkemuka, Soren Aabye Kierkegaard.
Lewat buku berjudul Af En Endnu Levendes papirer yang terbit pada tahun 1838, filsuf Denmark tersebut mengkritik habis novel-novel Andersen. "Pergulatan hidup tak menyenangkan yang dialami Andersen kini terulang lewat karya-karyanya," tulis kierkegaard.
Kritik itu segera dijawab Andersen lewat karyanya yang terbit pada 1840 yang berjudul En Comedie I det Gronne. Ia menyerang Kierkegaard dengan cerita yang menggambarkan betapa tidak praktisnya pemikiran sang filsuf tadi.
Kendati novel-novelnya mendapat sambutan besar, nama Hans Christian Andersen di dunia justru menjulang sebagai penulis dongeng anak-anak. Pada 1835, ia meluncurkan cerita anak-anak Tales for Children dalam bentuk buku saku berharga murah. Lalu kumpulan cerita bertajuk Fairy Tales and Story digarapnya dalam kurun 1836-1872.
Serial anak-anaknya yang kebanyakan terbit pada hari Natal itu tidak hanya kisah kisah yang dibuat olehnya. Andersen juga mengungkap kembali dongeng anak-anak yang kerap didengarnya semasa kecil. Sepanjang hayatnya ia menulis 156 cerita. Dari jumlah itu, 12 dongeng ditulisnya berdasarkan cerita rakyat Denmark. Selebihnya merupakan cerita khayali yang lahir dari buah pikirannya sendiri.
Dua dari cerita dongengnya yang amat kesohor, The Little Mermaid dan The Emperor's New Clothes, diterbitkan dalam kumpulan cerita pada 1837. Tujuh dongengnya yang lain: Little Ugly Duckling,The TinderboxLittle Claus and Big ClausPrincess and the PeaThe Snow QueenThe Nightingale dan The Steadfast Tin Soldier, juga dikenal di berbagai belahan dunia sebagai cerita yang kerap didongengkan pada anak-anak.
Lewat berbagai karyanya, Andersen dinilai menerobos pagar-pagar baku yang dianut pengarang Denmark pada masa itu. Baik gaya penceritaan maupun isi ceritanya berhasil memasukkan idiom-idiom dan bahasa lisan yang merupakan hal baru dalam dunia 'kepengarangan' negeri itu. Ia memasukkan pesan dan nilai moral dalam ceritanya tanpa menggurui sama sekali.
Bisa dilihat dari kisah dongeng The Emperor's new Clothes. Pesan bahwa keserakahan itu tidak baik disampaikan Andersen lewat parodi raja lalim yang cukup menggelikan itu. Salah satu ciri lain yang menonjol dalam cerita dongeng Andersen adalah hadirnya kaum papa dan mereka yang tidak beruntung dalam hidup.
Dalam sebagian besar karyanya pun tampak optimismenya bahwa yang baik akan selalu menang dan meraih akhir yang bahagia. Kecuali kisah The little Mermaid dan The Little Match Girl yang berakhir dengan kesedihan. Dalam The Little Mermaid misalnya, Andersen berusaha mengungkapkan bahwa betapa keinginan meraih hal yang diimpikan memiliki pengorbanan dan ternyata bisa berbuah nestapa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar